DIA "PUTRI"
Mengenang apa yang pernah ada
dihari-hariyang telah berlalu. Sungguh nyaman sekali, ketika mataku menerpa
pada pemandangan sekolah dasarku. Iya, inilah sekolahku dahulu, tempat aku
menimba ilmu. Tempat aku bertemu dengan kawan-kawan baruku, tempat aku mengenal
sebuah persahabatan dan pertemanan yang aku rasa itulah yang sebenarnya.
Iya, disinilah aku mengenal semua
itu, melalui seorang insan. Iya insan yang mula membuka mataku akan nikmatnya
hidup bersama insan yang dinamakan teman. Dialah insan itu. Namanya Putri,
masih kekal namanya didalam benakku, tak pernah ku kikis ia dari ingatanku.
Hidupku
saat itu bagaikan arah tanpa tujuan, walaupun aku sedang berada ditempat
keramaian sekalipun. Aku lupa bahwa impian ibu dan bapakku terletak dibahu ku.
Kesenangan hidup lebih mengajarkan ku arti kemudahan. Ketika apa yang aku
inginkan tak sesuai harapan , aku sangatlah kecewa. Ah,
persetan dengan semua itu. Sehingga pada suatu saat.....
“Assalamualaikum,
sahabat” aku disapa oleh seseorang
“Waalaikumsalam”
aku menjawab
“Mungkin aku tak
tahu apa yang sedang kau alami hingga kau berkata tidak pantas untuk diucapkan
seperti tadi” Putri berkata kepadaku
“Tidak apa-apa
put aku hanya sedang kesal dengan sesuatu yang belum bisa aku miliki” jawabku.
Dan dia berkata “Jadilah kancil dalam menyelesaikan
masalah, jangan kau turuti amarahmu” terdiamku mendengar perkataan
sahabatku itu.
Iya, waktu itulah aku dekat
dengannya. Dia tidak pernah bosan mendengar ceritaku, sungguh saat itulah aku
merasa bahwa baru Putri lah yang mengerti perasaanku. Dialah
sinar rembulan dikegelapan hatiku.
Sehingga tibalah tahun ajaran baru,
dimana aku dan Putri berpisah aku memilih pergi atas keinginan kedua orang
tuaku yang menginginkan untuk pindah dari tempat ku tinggal saat ini. Aku dan
Putri tetap berhubungan meski komunikasi kami hanya dengan sekedar telepon
ataupun sms.
Disaat itulah kami berusaha menjaga
persahabatan kami agar tidak hilang oleh jarak. Suatu hari aku dan Putri
teleponan untuk melepaskan rasa rindu kami karena telah lama tidak berjumpa.
Pesan singkat
antara aku dan Putri...
“Assalamualaikum
sahabatku apa kabar kamu disana?” isi pesan singkat yang aku kirimkan kepada
Putri.
“Waalaikumsalam,
alhamdulillah kabarku disini baik-baik saja. Kamu sendiri bagaimana kabarnya?”
Balasnya
“Alhamdulillah
aku juga baik” Balasku
“Kapan kamu
kesini?” Balas Putri
“Iya, tahun
depan insaAllah aku akan tinggal kembali disana” Balasku
“Iya, aku tunggu
ya!” Balas Putri
Beberapa bulan kemudian tibalah
tahun ajaran baru, aku pindah dari tempat tinggalku sekarang dan kembali
tinggal ditempatku yang dulu. Suasananya tidak banyak yang berbeda dan tidak
sedikitb ula yang berubah. Sesampainya aku ditempat yang akan aku huni bersama
keluarga, aku rapih-rapih kamar dan setelah itu tidur. Suasana masih nampak
sama. Ketika sustu hari libur aku berkunjung kerumah sahabatku tanpa memberi
tahunya terlebih dahulu bhawa pada hari itu aku sudah tiba dikota itu.
Ketika aku
dirumahnya ku ketuuk pintu rumahnya.
“Assalamualaikum”
sambil aku mengetuk pintu
“Waalaikumsalam,
eh ada tamu dari jauh” jawab mama Putri
“Siapa ma?”
Putri bertanya pada mamanya dari dalam kamarnya sambil menuu ruang tamu.
“Ini loh put ada
tamu jauh, sini kamu lihat deh siapa yang datang put” jawab mama Putri
“Eh, Rika apa
kabar kamu? Kapan sampai disini kok engga bilang-bilang sih?” tanya Puti, yang
terkejut saat aku ada diruamahnya dia, padahal dia fikir aku masih dikampung
halamanku.
“Iya nih, udah
lama kok disini udah ada sekitar 2 bulan loh” Jawabku
“Kok engga
bilang-bilang sih?” tanya Putri
“Gapapa kan aku
mau kasih kejutan buat kamu, hehe. Ke kamarmu yuk banyak yang ingin aku
ceritakan nih sama kamu” Jawabku
“Oh, iya sudah
yuk!” sambil berdiri dan berjalan menuju kamar, sesampainya dikamar Puti
“Tidak banyak
yang berubah ya, kamarmu rapih sekali, pakaian dan
seragam sekolah ada ditempat tidur” Kataku
“Duh, bisa saja
kamu jadi malu. Aku baru pulang pergi jadi belum sempat beberes kamar ka” Jawab
Putri. Disan aku dan Purti saling bertukan cerita satu sama lain.
Disuatu hari
tibalah Puti datang kerumahku untuk memintaku mengantarkannya ke temapt rental
komputer untuk mengeprint tugasnya dia. Dia datang bersama seseorang yang dekat
dengannya disekolahny saat ini, aku hanya bisa melihat dan aku dikenalkan oleh
Putri namanya Laras.
“Oh iya, rasa
kenalkan ini Rika” Ucap Putri
“Saya Rika”
Jawabku sambil berjabat tangan dengan dia
“Saya Laras”
Jawab Laras
“Iya sudah mari
aku antar ke sana” Ajak Rika
Selesainya
mereka ngeprint tugas mereka, kami pulang kerumah masing-masing.
Pada saat itu aku sedang iseng-iseng
membuka akun sosial facebookku tak sengaja ku melihat foto-foto Putri dan Laras
disekolah mereka, saat itu entah apa yang aku rasakan aku merasa Putri telah
mempunyai kehidupan baru bersama orang-orang barunya apa pantas masa lalu
seperti aku hadir kembali dihidupnya? Tapi aku dan dia kan sahabatan seperti
apa yang dulu kita sering ucapkan “Best Friends Forever” kata-kata itu selalu
ku ingat dihati dan pikiranku, namun entahlah dengannya. Apa ini yang dimaksud
oleh banyak orang “Teman akrab ada kalanya menjadi
musuh juga?” aku berka seperti itu, sambil menarik nafasku da
membuangnya kembali dengan wajah sedih.
Nyiur
melambai-lambai ditiup angin menerpaku. Terdian dan duduk memikirkan apa
yang sehatusya tak aku fikirkan.
Beberapa bulan kemudian masuklah
ditahun ajaran baru. Niatnya sih kami ingin satu sekolah lagi seperti SD dulu,
tapi apa daya ternyata pilihan kami berbeda. Akhirnya, kami memilih sekolah
masing-masing waktu terus berputar dan hidup masih terus berjalan.
Suatu hari ketika aku sedang ingin
mengambil buku dari temanku yang dari Bogor, aku coba minta dia untuk
menemaniku mengambil buku itu dia hanya menjawab
“Iya insa Allah ya,
kapan?” jawab Putri
“Nanti sore”
Ucapku
“Oh iya sudah ku
tunggu dirumah saja ya” balasnya
“Oh iya sudah”
Kataku
Dan tibalah aku dirumahnya dia, ku
tanya pada mamanya
“Tante, Putrinya
ada?” Kataku
“Ada langsung
saja ke kamarnya sepertinya dia baru selesai mandi” kata mama Putri
“Tidak usah
tante, aku disini saja itu Putri, (tapi kok malah teleponan ya?)” Tanya ku
dalam hati
Sekitar 15 menit
kemudian baru selesai teleponan dengan temannya sambil tertawa-tawa sedangkan
diluar aku menunggu. Sabar dalam hati ini masih ada
“Iya sudah yuk
put, kita langsung saja keburu malam” ajakku
“Iya, sebentar
aku pakai kerudung dulu ya” Jawab Putri
Sebelum aku bertemu dengan temanku
untuk mengambil buku, aku dan Putri pergi ketempat perbelanjaan terlebih dahulu
karena saat itu temanku masih belum bisa ditemui dan kebetulan mamanya Putri nitip
minta dibelikan sesuatu. Setibanya kami ditempat perbelanjaan tersebut sudah
terlihat betapa suntuknya wajah Putri tak biasanya dia seperti ini. Entahlah,
aku juga tidak mengerti. Biasanya kalau aku dan Putri sedang jalan kami selalu
gembira tapi suasana kali ini berbeda dengan sebelumnya, kami hanya bisa saling
diam sesekali aku menyapa jawabnya Putri pun singkat seperti tak suka berada
ditempat itu bersamaku. Tiba-tiba Putri mengajak pulang
“Pulang yuk! Aku
belum shalat ashar nih” Ucap Putri
“Iya sudah kita
ke mushalah dekat sini saja, lagi juga kan aku belum bertemu dengan temanku
yang aku ingin pinjam bukunya?” jawabku
“Yah, nanti
keburu malam bagiamana?” Jawab Putri
“Loh kok tumben
sih kamu kaya gini? Kamu aneh deh, kenapa coba? Kamu udah ada janji sama teman
sekolahmu ya? Biasanya kan kita pulang malam habis magrib kamu tidak masalah?”
Jawabku
“Tidak apa-apa”
Ucap Putri dengan wajah suntuk
Aku berusaha
meredam emosiku tapi apa daya aku tak mampu
“Iya sudah kita pulang saja dari pada kamu tidak berniat
menemaniku, kamu berubah menjadi menyebalkan” Kataku sambil berjalan
menuju pintu keluar tempat perbelanjaan tersebut. Dan kami pun pulang dia hanya
terdiam mendengar seribu celotehan yang keluar dari mulutku yang aku sendiri
bingung mengapa aku bisa berkata seperti itu.
Semenjak kejadian itu hubungan
persahabatan kami menjadi renggang bagai ada jembatan pemisah diantara kami.
Suatu hari sebelum aku pergi lagi
dari tempat ini dan balik kekampung halaman kembali sebuah surat ku berikan
padanya dengan apa yang kurasakan aku tahu mungkin ini terlalu cepat, tapi apa
itu salah? Tidak tahu juga lah.Aku bingung aku harus apa, yang jelas aku ingat
sebuah kalimat yang aku tulis dipertengahan surat itu
“Kau kan tetap
menjadi sahabatku sampai kapanpun kita best friends forever seperti janji kita
kecil dulu ingatkah engkau wahai sahabat? Iya walaupun aku tahu mungkin kamu
sudah lupa dengan kata-kata itu. Tidak apa-apa cukup aku yang mengenangnya”
Dan dia membalas
suratku dengan pesan singkat
“Iya sama-sama
aku juga minta maaf. Oh iya, kata-kata best friends forever itu kayanya kita
lupain aja deh ya lagi juga itu kan janji anak-anak, kita pasti punya hidup
masing-masing” hanya kata itu yang paling ku ingat.
Akupun
membalasnya “Segampang itukah? Iya sudah kalau menurut mu itu yang terbaik
lakukanlah, tapi aku tetap memegang teguh kata-kata itu. Aku tahu mungkin aku udah bukan siapa-siapa lagi
dihidupmu, semoga kamu baik-baik ya
dengan sahabat-sahabar barumu. Aku kan tetap disini jika kau butuhkan
aku”
Dan akhirnya kami berbaikan kami
jalani hari-hari seperti biasa seperti tidak ada masalah, meskipun kecanggungan
jadi aku dan Putri seperti baru kenal gitu. Entah apa yang membuat dia menulis
sindiran seperti itu diakun twitternya dia, aku rasa dia salah faham lagi dan
pada akhirnya hubungan persahabatan kami menjadi abstrak tanpa pola yang indah
seperti dulu.
Keterangan Majas
:
Majas Perumpamaan
Majas Sarkasme
Majas Alegori
Majas Metafora
Majas Ironi
Majas Paradoks
Majas personifikasi
Majas Sinisme
Majas Litoses
Dibuat Oleh :
Riska Eka Cahyanti
tolong buatkan menjadi dialog dong
BalasHapusWahh kren
BalasHapusKak cerpen nya ini di buat dari kebudayaan apa ya kak
BalasHapus