Sabtu, 20 September 2014

Sekedar Cerpen Bermajas~


                                 DIA "PUTRI"


           Mengenang apa yang pernah ada dihari-hariyang telah berlalu. Sungguh nyaman sekali, ketika mataku menerpa pada pemandangan sekolah dasarku. Iya, inilah sekolahku dahulu, tempat aku menimba ilmu. Tempat aku bertemu dengan kawan-kawan baruku, tempat aku mengenal sebuah persahabatan dan pertemanan yang aku rasa itulah yang sebenarnya.
            Iya, disinilah aku mengenal semua itu, melalui seorang insan. Iya insan yang mula membuka mataku akan nikmatnya hidup bersama insan yang dinamakan teman. Dialah insan itu. Namanya Putri, masih kekal namanya didalam benakku, tak pernah ku kikis ia dari ingatanku.
            Hidupku saat itu bagaikan arah tanpa tujuan, walaupun aku sedang berada ditempat keramaian sekalipun. Aku lupa bahwa impian ibu dan bapakku terletak dibahu ku. Kesenangan hidup lebih mengajarkan ku arti kemudahan. Ketika apa yang aku inginkan tak sesuai harapan , aku sangatlah kecewa. Ah, persetan dengan semua itu. Sehingga pada suatu saat.....
“Assalamualaikum, sahabat” aku disapa oleh seseorang
“Waalaikumsalam” aku menjawab
“Mungkin aku tak tahu apa yang sedang kau alami hingga kau berkata tidak pantas untuk diucapkan seperti tadi” Putri berkata kepadaku
“Tidak apa-apa put aku hanya sedang kesal dengan sesuatu yang belum bisa aku miliki” jawabku. Dan dia berkata “Jadilah kancil dalam menyelesaikan masalah, jangan kau turuti amarahmu” terdiamku mendengar perkataan sahabatku itu.
            Iya, waktu itulah aku dekat dengannya. Dia tidak pernah bosan mendengar ceritaku, sungguh saat itulah aku merasa bahwa baru Putri lah yang mengerti perasaanku. Dialah sinar rembulan dikegelapan hatiku.
            Sehingga tibalah tahun ajaran baru, dimana aku dan Putri berpisah aku memilih pergi atas keinginan kedua orang tuaku yang menginginkan untuk pindah dari tempat ku tinggal saat ini. Aku dan Putri tetap berhubungan meski komunikasi kami hanya dengan sekedar telepon ataupun sms.
            Disaat itulah kami berusaha menjaga persahabatan kami agar tidak hilang oleh jarak. Suatu hari aku dan Putri teleponan untuk melepaskan rasa rindu kami karena telah lama tidak berjumpa.
Pesan singkat antara aku dan Putri...
“Assalamualaikum sahabatku apa kabar kamu disana?” isi pesan singkat yang aku kirimkan kepada Putri.
“Waalaikumsalam, alhamdulillah kabarku disini baik-baik saja. Kamu sendiri bagaimana kabarnya?” Balasnya
“Alhamdulillah aku juga baik” Balasku
“Kapan kamu kesini?” Balas Putri
“Iya, tahun depan insaAllah aku akan tinggal kembali disana” Balasku
“Iya, aku tunggu ya!” Balas Putri
            Beberapa bulan kemudian tibalah tahun ajaran baru, aku pindah dari tempat tinggalku sekarang dan kembali tinggal ditempatku yang dulu. Suasananya tidak banyak yang berbeda dan tidak sedikitb ula yang berubah. Sesampainya aku ditempat yang akan aku huni bersama keluarga, aku rapih-rapih kamar dan setelah itu tidur. Suasana masih nampak sama. Ketika sustu hari libur aku berkunjung kerumah sahabatku tanpa memberi tahunya terlebih dahulu bhawa pada hari itu aku sudah tiba dikota itu.
Ketika aku dirumahnya ku ketuuk pintu rumahnya.
“Assalamualaikum” sambil aku mengetuk pintu
“Waalaikumsalam, eh ada tamu dari jauh” jawab mama Putri
“Siapa ma?” Putri bertanya pada mamanya dari dalam kamarnya sambil menuu ruang tamu.
“Ini loh put ada tamu jauh, sini kamu lihat deh siapa yang datang put” jawab mama Putri
“Eh, Rika apa kabar kamu? Kapan sampai disini kok engga bilang-bilang sih?” tanya Puti, yang terkejut saat aku ada diruamahnya dia, padahal dia fikir aku masih dikampung halamanku.
“Iya nih, udah lama kok disini udah ada sekitar 2 bulan loh” Jawabku
“Kok engga bilang-bilang sih?” tanya Putri
“Gapapa kan aku mau kasih kejutan buat kamu, hehe. Ke kamarmu yuk banyak yang ingin aku ceritakan nih sama kamu” Jawabku
“Oh, iya sudah yuk!” sambil berdiri dan berjalan menuju kamar, sesampainya dikamar Puti
“Tidak banyak yang berubah ya, kamarmu rapih sekali, pakaian dan seragam sekolah ada ditempat tidur” Kataku
“Duh, bisa saja kamu jadi malu. Aku baru pulang pergi jadi belum sempat beberes kamar ka” Jawab Putri. Disan aku dan Purti saling bertukan cerita satu sama lain.
Disuatu hari tibalah Puti datang kerumahku untuk memintaku mengantarkannya ke temapt rental komputer untuk mengeprint tugasnya dia. Dia datang bersama seseorang yang dekat dengannya disekolahny saat ini, aku hanya bisa melihat dan aku dikenalkan oleh Putri namanya Laras.
“Oh iya, rasa kenalkan ini Rika” Ucap Putri
“Saya Rika” Jawabku sambil berjabat tangan dengan dia
“Saya Laras” Jawab Laras
“Iya sudah mari aku antar ke sana” Ajak Rika
Selesainya mereka ngeprint tugas mereka, kami pulang kerumah masing-masing.
            Pada saat itu aku sedang iseng-iseng membuka akun sosial facebookku tak sengaja ku melihat foto-foto Putri dan Laras disekolah mereka, saat itu entah apa yang aku rasakan aku merasa Putri telah mempunyai kehidupan baru bersama orang-orang barunya apa pantas masa lalu seperti aku hadir kembali dihidupnya? Tapi aku dan dia kan sahabatan seperti apa yang dulu kita sering ucapkan “Best Friends Forever” kata-kata itu selalu ku ingat dihati dan pikiranku, namun entahlah dengannya. Apa ini yang dimaksud oleh banyak orang “Teman akrab ada kalanya menjadi musuh juga?” aku berka seperti itu, sambil menarik nafasku da membuangnya kembali dengan wajah sedih.
            Nyiur melambai-lambai ditiup angin menerpaku. Terdian dan duduk memikirkan apa yang sehatusya tak aku fikirkan.
            Beberapa bulan kemudian masuklah ditahun ajaran baru. Niatnya sih kami ingin satu sekolah lagi seperti SD dulu, tapi apa daya ternyata pilihan kami berbeda. Akhirnya, kami memilih sekolah masing-masing waktu terus berputar dan hidup masih terus berjalan.
            Suatu hari ketika aku sedang ingin mengambil buku dari temanku yang dari Bogor, aku coba minta dia untuk menemaniku mengambil buku itu dia hanya menjawab
“Iya insa Allah ya, kapan?” jawab Putri
“Nanti sore” Ucapku
“Oh iya sudah ku tunggu dirumah saja ya” balasnya
“Oh iya sudah” Kataku
            Dan tibalah aku dirumahnya dia, ku tanya pada mamanya
“Tante, Putrinya ada?” Kataku
“Ada langsung saja ke kamarnya sepertinya dia baru selesai mandi” kata mama Putri
“Tidak usah tante, aku disini saja itu Putri, (tapi kok malah teleponan ya?)” Tanya ku dalam hati
Sekitar 15 menit kemudian baru selesai teleponan dengan temannya sambil tertawa-tawa sedangkan diluar aku menunggu. Sabar dalam hati ini masih ada
“Iya sudah yuk put, kita langsung saja keburu malam” ajakku
“Iya, sebentar aku pakai kerudung dulu ya” Jawab Putri
            Sebelum aku bertemu dengan temanku untuk mengambil buku, aku dan Putri pergi ketempat perbelanjaan terlebih dahulu karena saat itu temanku masih belum bisa ditemui dan kebetulan mamanya Putri nitip minta dibelikan sesuatu. Setibanya kami ditempat perbelanjaan tersebut sudah terlihat betapa suntuknya wajah Putri tak biasanya dia seperti ini. Entahlah, aku juga tidak mengerti. Biasanya kalau aku dan Putri sedang jalan kami selalu gembira tapi suasana kali ini berbeda dengan sebelumnya, kami hanya bisa saling diam sesekali aku menyapa jawabnya Putri pun singkat seperti tak suka berada ditempat itu bersamaku. Tiba-tiba Putri mengajak pulang
“Pulang yuk! Aku belum shalat ashar nih” Ucap Putri
“Iya sudah kita ke mushalah dekat sini saja, lagi juga kan aku belum bertemu dengan temanku yang aku ingin pinjam bukunya?” jawabku
“Yah, nanti keburu malam bagiamana?” Jawab Putri
“Loh kok tumben sih kamu kaya gini? Kamu aneh deh, kenapa coba? Kamu udah ada janji sama teman sekolahmu ya? Biasanya kan kita pulang malam habis magrib kamu tidak masalah?” Jawabku
“Tidak apa-apa” Ucap Putri dengan wajah suntuk
Aku berusaha meredam emosiku tapi apa daya aku tak mampu
Iya sudah kita pulang saja dari pada kamu tidak berniat menemaniku, kamu berubah menjadi menyebalkan” Kataku sambil berjalan menuju pintu keluar tempat perbelanjaan tersebut. Dan kami pun pulang dia hanya terdiam mendengar seribu celotehan yang keluar dari mulutku yang aku sendiri bingung mengapa aku bisa berkata seperti itu.
            Semenjak kejadian itu hubungan persahabatan kami menjadi renggang bagai ada jembatan pemisah diantara kami.
            Suatu hari sebelum aku pergi lagi dari tempat ini dan balik kekampung halaman kembali sebuah surat ku berikan padanya dengan apa yang kurasakan aku tahu mungkin ini terlalu cepat, tapi apa itu salah? Tidak tahu juga lah.Aku bingung aku harus apa, yang jelas aku ingat sebuah kalimat yang aku tulis dipertengahan surat itu
“Kau kan tetap menjadi sahabatku sampai kapanpun kita best friends forever seperti janji kita kecil dulu ingatkah engkau wahai sahabat? Iya walaupun aku tahu mungkin kamu sudah lupa dengan kata-kata itu. Tidak apa-apa cukup aku yang mengenangnya”

Dan dia membalas suratku dengan pesan singkat
“Iya sama-sama aku juga minta maaf. Oh iya, kata-kata best friends forever itu kayanya kita lupain aja deh ya lagi juga itu kan janji anak-anak, kita pasti punya hidup masing-masing” hanya kata itu yang paling ku ingat.
Akupun membalasnya “Segampang itukah? Iya sudah kalau menurut mu itu yang terbaik lakukanlah, tapi aku tetap memegang teguh kata-kata itu. Aku tahu mungkin aku udah bukan siapa-siapa lagi dihidupmu,  semoga kamu baik-baik ya dengan sahabat-sahabar barumu. Aku kan tetap disini jika kau butuhkan aku”
            Dan akhirnya kami berbaikan kami jalani hari-hari seperti biasa seperti tidak ada masalah, meskipun kecanggungan jadi aku dan Putri seperti baru kenal gitu. Entah apa yang membuat dia menulis sindiran seperti itu diakun twitternya dia, aku rasa dia salah faham lagi dan pada akhirnya hubungan persahabatan kami menjadi abstrak tanpa pola yang indah seperti dulu.

Keterangan Majas :
*        Majas Perumpamaan
*        Majas Sarkasme
*        Majas Alegori
*        Majas Metafora
*        Majas Ironi
*        Majas Paradoks
*        Majas personifikasi
*        Majas Sinisme
*        Majas Litoses

Dibuat Oleh :
Riska Eka Cahyanti

3 komentar: